Taman Nasional Baluran merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Hutan dan Pelestarian Alam Departemen Kehutanan.
Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomer: 279/Kpts-VI/1997 tanggal 25 Mei 1997 dan berdasarkan Surat Keputusan Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam Nomor: 51/Kpts/DJ-VI/1987 tanggal 12 Desember 1997, wilayah kerjanya meliputi kawasan Taman Nasional Baluran, Taman Nasional Alas Purwo dan Cagar Alam/Taman Wisata Kawah Ijen.
1. SEJARAH TAMAN NASIONAL BALURAN
1. SEJARAH TAMAN NASIONAL BALURAN
Upaya penunjukan kawasan Baluran menjadi Suaka Margasatwa telah dirintis oleh Kebun Raya Bogor sejak tahun 1928, rintisan tersebut didasarkan kepada usulan A.H. LOEDEBOER yang menguasai daerah tersebut yang sebelumnya daerah ini sebagai lokasi perburuan.
Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937)
Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai Suaka Margasatwa pada waktu itu adalah untuk melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan.
Pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai Taman Nasional.
2.GAMBARAN UMUM
Tahun 1937 kawasan Baluran ditetapkan sebagai Suaka Margasatwa dengan Surat Keputusan Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 9 tahun 1937 (Lembaran Negara No. 544 tahun 1937)
Tujuan dijadikannya kawasan Baluran sebagai Suaka Margasatwa pada waktu itu adalah untuk melindungi berbagai jenis satwa langka dari kepunahan.
Pada tahun 1980 bertepatan dengan hari Pengumuman Strategi Pelestarian Dunia, Suaka Margasatwa Baluran dideklarasikan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia sebagai Taman Nasional.
2.GAMBARAN UMUM
Taman Nasional Baluran dengan luas 25.000 Ha wilayah daratan dan 3.750 Ha wilayah perairan terletak di antara 114° 18' - 114° 27' Bujur Timur dan 7° 45' - 7° 57' Lintang Selatan. Daerah ini terletak di ujung Timur pulau Jawa. Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Madura, sebelah Timur berbatasan dengan Selat Bali, sebelah Selatan berbatasan dengan Sungai Bajulmati dan sebelah Barat berbatasan dengan Sungai Kelokoran.
Iklimnya bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.
Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900 - 1.247 m, dan membatasi kaldera yang cukup luas.
Kawasan perairan memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem perairan yang perlu dilestarikan guna mendukung strategi konservasi yaitu:
- Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
- Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
- Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Daerah perairan Taman Nasional Baluran sangat berpotensi guna dkembangkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
3.FLORA DAN FAUNA
Selain terumbu karang dan ikan hias, daerah ini juga memiliki berbagai jenis Mollusca, Crustaceae, Echinodermata serta biota laut lainnya, sehingga kawasan ini mempunyai daya tarik sendiri.
4.BIOTA LAUT
Ikan Lepuh. Jenis ini kurang aktif pergerakannya, selalu menunggu mangsa di bongkahan karang, warna tubuh menyerupai lingkungannya. Ikan ini mempunyai duri yang mengandung racun, bila tersengat dan tidak segera ditolong akan mengakibatkan demam.
Ikan Pari. Jenis ini mempunyai bisa di bagian ekornya, menyukai daerah berpasir, bila tersentuh maka ekornya akan diangkat untuk menyerang.
Bulu Babi dan bulu Seribu, berbentuk bulat dan memiliki duri-duri runcing yang bila tersentuh akan tertinggal di dalam kulit. Pertolongannya dengan amoniak, bila tidak ada pakailah air seni pada anggota tubuh yang terkena, kemudian dipukul-pukul dengan benda tumpul.
Ikan hias. Ikan yang memiliki pola warna yang indah serta gerakan yang gemulai dan menarik perhatian banyak orang sering disebut sebagai ikan hias, banyak dijumpai di wilayah perairan Taman Nasional Baluran diantaranya:
Iklimnya bertipe Monsoon yang dipengaruhi oleh angin Timur yang kering. Curah hujan berkisar antara 900 - 1600 mm/tahun, dengan bulan kering per tahun rata-rata 9 bulan. Antara bulan Agustus s/d Desember bertiup angin cukup kencang dari arah Selatan.
Pada bagian tengah dari kawasan ini terdapat Gunung Baluran yang sudah tidak aktif lagi. Tinggi dinding kawahnya bervariasi antara 900 - 1.247 m, dan membatasi kaldera yang cukup luas.
Kawasan perairan memiliki keanekaragaman hayati dan ekosistem perairan yang perlu dilestarikan guna mendukung strategi konservasi yaitu:
- Perlindungan sistem penyangga kehidupan.
- Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya.
- Pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.
Daerah perairan Taman Nasional Baluran sangat berpotensi guna dkembangkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi.
3.FLORA DAN FAUNA
Taman Nasional Baluran merupakan satu-satunya kawasan di Pulau Jawa yang memiliki padangsavana alamiah. Luasnya ± 10.000 Ha atau sekitar 40% dari luas kawasan. Kawasan Baluran mempunyai ekosistem yang lengkap yaitu hutan mangrove, hutan pantai, hutan payau/rawa, hutan savana dan hutan musim(dataran rendah/ dataran tinggi)hutan musim
Tumbuhan khas Baluran adalah pohon Widoro bekol (Zizyphus rotundifolia), tumbuhan lainnya dalam Asam (Tamarindus indica), Gadung (Dioscorea hispida), Pilang (Acacia leucophloea), Kemiri (Sterculia foetida), Gebang (Corypha utan), Talok (Grewia sp), Walikukun (Schoutenia ovata), Mimbo (Azadirachta indica), Kesambi (Schleicera oleosa), Lontar (Borassus sp) dan lain-lainAsam Baluran
Di kawasan ini terdapat sekitar 155 jenis burung yang sudah langka antara lain Walet ekor jarum (Hirundapus caudacutus), mamalia besar yang merupakan satwa langka adalah Banteng (Bos javanicus) dan Ajag (Cuon alpinus), satwa lainnya yang terdapat di Baluran adalah Babi hutan (Sus sp), Kijang (Muntiacus muntjak), Rusa (Cervus timorensis), Macantutul/Kumbang (Felis pardus), Kerbau liar (Bubalus bubalis), Lutung (Presbytis cristata), Kera abu-abu (Macaca fascicularis), Burung Merak (Pavomuticus), Ayam hutan (Gallus sp), dan lain-lain.Selain terumbu karang dan ikan hias, daerah ini juga memiliki berbagai jenis Mollusca, Crustaceae, Echinodermata serta biota laut lainnya, sehingga kawasan ini mempunyai daya tarik sendiri.
4.BIOTA LAUT
Ikan Lepuh. Jenis ini kurang aktif pergerakannya, selalu menunggu mangsa di bongkahan karang, warna tubuh menyerupai lingkungannya. Ikan ini mempunyai duri yang mengandung racun, bila tersengat dan tidak segera ditolong akan mengakibatkan demam.
Ikan Pari. Jenis ini mempunyai bisa di bagian ekornya, menyukai daerah berpasir, bila tersentuh maka ekornya akan diangkat untuk menyerang.
Bulu Babi dan bulu Seribu, berbentuk bulat dan memiliki duri-duri runcing yang bila tersentuh akan tertinggal di dalam kulit. Pertolongannya dengan amoniak, bila tidak ada pakailah air seni pada anggota tubuh yang terkena, kemudian dipukul-pukul dengan benda tumpul.
Ikan hias. Ikan yang memiliki pola warna yang indah serta gerakan yang gemulai dan menarik perhatian banyak orang sering disebut sebagai ikan hias, banyak dijumpai di wilayah perairan Taman Nasional Baluran diantaranya:
- Suku CHAETODONTIDAE ada 16 jenis, antara lain: Chaetodon diergastor, Chaetodon oronnessa, Chaetodon trifascialis.
- Suku POMACANTHIDAE ada 4 jenis, yaitu: Chaetodonphus centropygevrolicki, Centropyge eibli, Pygoplites diacanthus,Chaetodontophus mesoleucus.
- Suku APOGONNIDAE ada 6 jenis, antara lain: Apogon aureus, Apogon macrodon, Archamia fucata
Sedangkan jenis ikan yang mempunyai hubungan erat dengan terumbu karang serta bernilai ekonomi penting yang dapat dijumpai di kawasan perairan Taman Nasional Baluran, antara lain:
- Ikan Kakap dari suku LUJCANNIDAE ada 7 jenis.
- Ikan Baronang dari suku SINGANIDAE ada 10 jenis.
- Ikan Kerapu dari suku SURRANIDAE ada 10 jenis.
Jenis-jenis ikan yang diketemukan di wilayah Taman Nasional Baluran ada 172 jenis, sedangkan daerah yang memiliki terumbu karang dan ikan hias adalah:
1. Bama
2. Kajang
3. Balanan
4. Lempuyang
5. Air Karang
6. Bilik
7. Takat Wedi
Dari semua wilayah perairan, Bama dan Bilik merupakan daerah yang sangat baik untuk kegiatan wisata alam bahari (snorkeling dan scuba diving).
Dengan tiga penyelam bersertifikat POSSI yang dimiliki Taman Nasional Baluran saat ini, maka akan sangat membantu bagi pengunjung yang berminat untuk menikmati pesona alam bawah air.
5.PANTAI BAMA
- Ikan Kakap dari suku LUJCANNIDAE ada 7 jenis.
- Ikan Baronang dari suku SINGANIDAE ada 10 jenis.
- Ikan Kerapu dari suku SURRANIDAE ada 10 jenis.
Jenis-jenis ikan yang diketemukan di wilayah Taman Nasional Baluran ada 172 jenis, sedangkan daerah yang memiliki terumbu karang dan ikan hias adalah:
1. Bama
2. Kajang
3. Balanan
4. Lempuyang
5. Air Karang
6. Bilik
7. Takat Wedi
Dari semua wilayah perairan, Bama dan Bilik merupakan daerah yang sangat baik untuk kegiatan wisata alam bahari (snorkeling dan scuba diving).
Dengan tiga penyelam bersertifikat POSSI yang dimiliki Taman Nasional Baluran saat ini, maka akan sangat membantu bagi pengunjung yang berminat untuk menikmati pesona alam bawah air.
5.PANTAI BAMA
Merupakan pantai yang landai dan berpasir putih, formasi terumbu karang dan ikan hias yang indah dan disini dapat melakukan kegiatan Snorkling.
Fasilitas lain yang tersedia 3 buah Pesanggrahan dengan kapasitas 20 orang, Shelter, Jalan Trail, Kantin, Menara Pandang dan Tempat Parkir.
Di sekitar Pantai Bama dapat disaksikan atraksi satwa:
Fasilitas lain yang tersedia 3 buah Pesanggrahan dengan kapasitas 20 orang, Shelter, Jalan Trail, Kantin, Menara Pandang dan Tempat Parkir.
Di sekitar Pantai Bama dapat disaksikan atraksi satwa:
- Kerbau liar sedang minum
- Kijang dan Rusa
- Babi hutan mencari makan
- Biawak
- Ratusan Kera yang sedang mencari makan di daerah pantai pada waktu air laut sedang surut.